Senin, 08 April 2013

HIDAYAH CINTA DI AL-AZHAR



                  ENGKAU LEBIH CANTIK DARI BULAN PURNAMA   
oleh: MUHAMMAD YASIR
HIDAYAH CINTA DI AL-AZHAR
       KISAH …….dahulu, seorang pemuda datang dari sebuah desa terpencil untuk talaqqi di Universitas Al-Azhar. Ia merantau ke mesir membawa impian besar dan harapan mendalam bahwa kelak ia menjadi seorang alim rabbani. Ia ingain menjadi da’I yang ihklas membantu agama Allah, seiklas para ulama dahulu yang kisahnya telah banyak di baca.
            Untuk menuntut ilmu, setiap pagi ia menghadiri halaqah di Masjid Al-zhar. Di situlah ia mendulang ilmu-ilmu fikih, tafsir, hadits, adab, balaghah, dan ilmu-ilmu keislaman lainnya. Dengan demikian takzim, setiap hari ia duduk mendengar kan ucapan syaikh yang menyampaikan pelajaran, dan petuah-petuah hikmah.
            Namun keadaannya berbeda sejak beberapa bulan terakhir. Kiriman uang sekedarnya dari orangtuannya yang bekerja sebagi petani di kampong, tak kunjung tiba. Dan sudah beberapa hari, uang persediaanya habis setelah ia mencoba bertahan dengan menghemat sisa uangnya.
            Kebutuhan sehari-harinya mulai terganggu. Bahkan, sering kali dalam sehari perutnya tidaktuannya yang bekerja sebagi petani di kampong, tak kunjung tiba. Dan sudah beberapa hari, uang persediaanya habis setelah ia mencoba bertahan dengan menghemat sisa uangnya.
            Kebutuhan sehari-harinya mulai terganggu. Bahkan, sering kali dalam sehari perutnya tidak tersentuh sepotongpun makanan. Keadaan itu sering membuat tidak mampu berkonsentrasi tersentuh sepotongpun makanan. Keadaan itu sering membuat tidak mampu berkonsentrasi penuh terhadap setiap pelajaran yang disampaikan syaikh.
            Hingga si suatu hari, ia tak bias lagi menahan rasa lapar yang mendera perutnya. Maka, aia memutuskan meninggalkan sejenak halaqah syaikh, dengan harapan di luar sana, ia dapat menemukan sepotong roti untuk mengganjal perutnya yang semakin lama semakin perih karena lapar.
            Ia terus berjalan menelusuri jalan dan lorong di sekitar Kampus Al-Azhar. Tanpa . Tanpa ia sadari, ia sudah berada di sebuah lorong sempit dan tidak jauh dari tempat ia berdiri. Pandangannnya tertuju kepada sebuah bangunan rumah yang terlihat lebih mewah dari rumah sekeliling sekelilingnya. Pintu rumah itu terbuka lebar dan tidak terliahat siapapun di dalam rumah tersebut. Pemandangan yang menggoda siapa saja untuk masuk dan menjarah harta bendanya.
            Ketika tak menemukan seorang pun, ia memutuskan  masuk ke dalam rumah makan, ia mendapati hidangan makanan yang tertera rapi diatas  meja seolah disiapkan untuk satu jamuan. Aroma makanan betul-betul menggoda selerah, menggugah perutnya yang perih diderah rasa lapar.
            Saat akan menyuap makanan tersebut ke dalam mulutnya, seketka ia sadar ,’ Karena ilmu adalah cahaya Allah. Dan cahaya itu takkan dikaruniakan  pada pelakunya maksiat.” Nasehat imam Asy-syafi’I kepada Waqi’bin jarrah terngiang di telinganganya.
            Sungguh memasukan makanan haram ke dalam perut walaupun hanya secuail  roti adalah bagian dari bagian dari menghalangi  cahaya itu. Ia percaya mustahil menggabungkan antara cahaya dan kegelapan dalam suatu ruang. Dengan perut yang masih sangat lapar, ia memutuskan untuk kembali ke halaqah syaikh. Di tempat iatu, masih Nampak para mahasiswa yang lain sedang khuyuk mendengarkan syarah yang disampaikan syaikh.
            Setelah pelajaran syaikh baru saja usai, tiba-tiba saja seorang wanita separuh baya menghampiri syaikh. Lalu keduanya terlibat pembicaraan serius. Tak satu pun yang hadir saat itu medengarkan pembicaraan mereka.
            Tak lama kemudian, syaikh memanggil sang pemuda, “Wahai Abdullah, kemarilah!” pemuda menjawab “ Labbaika ya syaikh, kenapa tiba-tiba syaihk memanggilku?” Begini  bagaimana pendapatmu jika kamu menikah?”ujar syaihk”. Dengan terkejut pemuda itu menukas,”Apa? Apakah syaikh sedang bercanda dengan ku? Demi Allah, sudah tiga hari ini perutku tidak pernah tersentuh makanan sedikit pun, istriku mau diberi makan apa, wahai syaikh.?”
            “dengarkanlah. Sesungguhnya wanita tua ini mengeluhkan kepadaku, kalau suaminya baru saja meninggal dunia. Suaminya meninggalkannya bersama Aisyah, putri satu-satunya , dan mewarisi harta dunia yang melimpah. Ibunya ingin segera menikahkannya dengan seorang pemuda saleh, atas pertimbanganku. Ia membutuhkan menantunya nanti akan membantunya mengelolah harta warisan, peninggalan ayahnya. Bagaimana ?”
            Seakan tak percaya, pemuda itu menjawab, ‘kalau demikian, baiklah syaikh, terima kasih atas perhatianya , saya siap menikah dengannya.
            Tak menunggu lama, mereka segera berjalan menuju  kediaman aisyah . saaat akan memasuki rumah, yang ternyata adalah rumah yang ia masuki sebelumnya, tiba-tiba saja pemuda itu meneteskan air mata.
            Syaikh bertanya,”Mengapa engkau menangis wahai Abdullah.. tanyanya keheranan.” Apakah kau merasa terpaksa menikah dengan gadis ini?”
            “Bukan, ya syaikh. Buakan karena itu. Tetapi, belum lama, aku memasuki rumah ini. Hampir saja aku mengambil makanan yang diatas meja itu. Tetapi, aku teringat kalau makanan itu bukanlah miliku dan aku tidak boleh memakannya tanpa seizing pemilknya. Jika aku memakannya, itu berarti aku memasukan makanan yang haram kedalam perutku. Karena itu, aku segera meninggalkannya karena takut kepada Allah. Tapii, subahanallah, kini Allah mengembalikannya kepadaku dengan cara yang halal.”
            Syaikh bertasbih,” Maha suci Allah yang pernah berfirman : ‘Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukkan jalan keluar baginya, dan memberikanya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” ( Ath-Thalaq:2-3)
            Akhirnya, pemuda dan gadis itu dinikahkan oleh syaikh dan disaksikan ibu Aisyah, serta orang-orang yang di cintainya. Subanallah, pemuda desa itu rela mendapatkan limpahan rahmat karena rela meninggalkan sesuatu yang bukan miliknya, ia tidak saja menikah Aisyah, tetapi juga mewarisi harta kekayaan ayahnya. Cinta itu datang dengan sendirinya, karena buah dari kejujurannya.
            Ketakitannya kepada Allah mengalahkan segala-galanya. Karena itulah, Allah memberikan yang ban yak dari pada yang sudah ia tinggalkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar