ENGKAU LEBIH CANTIK DARI BULAN PURNAMA
oleh:
MUHAMMAD YASIR
HIDAYAH CINTA DI AL-AZHAR
KISAH …….dahulu, seorang pemuda datang dari
sebuah desa terpencil untuk talaqqi di Universitas Al-Azhar. Ia merantau ke
mesir membawa impian besar dan harapan mendalam bahwa kelak ia menjadi seorang
alim rabbani. Ia ingain menjadi da’I yang ihklas membantu agama Allah, seiklas
para ulama dahulu yang kisahnya telah banyak di baca.
Untuk
menuntut ilmu, setiap pagi ia menghadiri halaqah di Masjid Al-zhar. Di situlah
ia mendulang ilmu-ilmu fikih, tafsir, hadits, adab, balaghah, dan ilmu-ilmu
keislaman lainnya. Dengan demikian takzim, setiap hari ia duduk mendengar kan
ucapan syaikh yang menyampaikan pelajaran, dan petuah-petuah hikmah.
Namun
keadaannya berbeda sejak beberapa bulan terakhir. Kiriman uang sekedarnya dari
orangtuannya yang bekerja sebagi petani di kampong, tak kunjung tiba. Dan sudah
beberapa hari, uang persediaanya habis setelah ia mencoba bertahan dengan
menghemat sisa uangnya.
Kebutuhan
sehari-harinya mulai terganggu. Bahkan, sering kali dalam sehari perutnya
tidaktuannya yang bekerja sebagi petani di kampong, tak kunjung tiba. Dan sudah
beberapa hari, uang persediaanya habis setelah ia mencoba bertahan dengan
menghemat sisa uangnya.
Kebutuhan
sehari-harinya mulai terganggu. Bahkan, sering kali dalam sehari perutnya tidak
tersentuh sepotongpun makanan. Keadaan itu sering membuat tidak mampu
berkonsentrasi tersentuh sepotongpun makanan. Keadaan itu sering membuat tidak
mampu berkonsentrasi penuh terhadap setiap pelajaran yang disampaikan syaikh.
Hingga
si suatu hari, ia tak bias lagi menahan rasa lapar yang mendera perutnya. Maka,
aia memutuskan meninggalkan sejenak halaqah syaikh, dengan harapan di luar
sana, ia dapat menemukan sepotong roti untuk mengganjal perutnya yang semakin
lama semakin perih karena lapar.
Ia
terus berjalan menelusuri jalan dan lorong di sekitar Kampus Al-Azhar. Tanpa .
Tanpa ia sadari, ia sudah berada di sebuah lorong sempit dan tidak jauh dari
tempat ia berdiri. Pandangannnya tertuju kepada sebuah bangunan rumah yang
terlihat lebih mewah dari rumah sekeliling sekelilingnya. Pintu rumah itu
terbuka lebar dan tidak terliahat siapapun di dalam rumah tersebut. Pemandangan
yang menggoda siapa saja untuk masuk dan menjarah harta bendanya.
Ketika
tak menemukan seorang pun, ia memutuskan
masuk ke dalam rumah makan, ia mendapati hidangan makanan yang tertera
rapi diatas meja seolah disiapkan untuk
satu jamuan. Aroma makanan betul-betul menggoda selerah, menggugah perutnya
yang perih diderah rasa lapar.
Saat
akan menyuap makanan tersebut ke dalam mulutnya, seketka ia sadar ,’ Karena
ilmu adalah cahaya Allah. Dan cahaya itu takkan dikaruniakan pada pelakunya maksiat.” Nasehat imam
Asy-syafi’I kepada Waqi’bin jarrah terngiang di telinganganya.
Sungguh
memasukan makanan haram ke dalam perut walaupun hanya secuail roti adalah bagian dari bagian dari
menghalangi cahaya itu. Ia percaya
mustahil menggabungkan antara cahaya dan kegelapan dalam suatu ruang. Dengan
perut yang masih sangat lapar, ia memutuskan untuk kembali ke halaqah syaikh.
Di tempat iatu, masih Nampak para mahasiswa yang lain sedang khuyuk
mendengarkan syarah yang disampaikan syaikh.
Setelah
pelajaran syaikh baru saja usai, tiba-tiba saja seorang wanita separuh baya
menghampiri syaikh. Lalu keduanya terlibat pembicaraan serius. Tak satu pun
yang hadir saat itu medengarkan pembicaraan mereka.
Tak
lama kemudian, syaikh memanggil sang pemuda, “Wahai Abdullah, kemarilah!”
pemuda menjawab “ Labbaika ya syaikh, kenapa tiba-tiba syaihk memanggilku?”
Begini bagaimana pendapatmu jika kamu
menikah?”ujar syaihk”. Dengan terkejut pemuda itu menukas,”Apa? Apakah syaikh
sedang bercanda dengan ku? Demi Allah, sudah tiga hari ini perutku tidak pernah
tersentuh makanan sedikit pun, istriku mau diberi makan apa, wahai syaikh.?”
“dengarkanlah.
Sesungguhnya wanita tua ini mengeluhkan kepadaku, kalau suaminya baru saja
meninggal dunia. Suaminya meninggalkannya bersama Aisyah, putri satu-satunya ,
dan mewarisi harta dunia yang melimpah. Ibunya ingin segera menikahkannya
dengan seorang pemuda saleh, atas pertimbanganku. Ia membutuhkan menantunya
nanti akan membantunya mengelolah harta warisan, peninggalan ayahnya. Bagaimana
?”
Seakan
tak percaya, pemuda itu menjawab, ‘kalau demikian, baiklah syaikh, terima kasih
atas perhatianya , saya siap menikah dengannya.
Tak
menunggu lama, mereka segera berjalan menuju
kediaman aisyah . saaat akan memasuki rumah, yang ternyata adalah rumah
yang ia masuki sebelumnya, tiba-tiba saja pemuda itu meneteskan air mata.
Syaikh
bertanya,”Mengapa engkau menangis wahai Abdullah.. tanyanya keheranan.” Apakah
kau merasa terpaksa menikah dengan gadis ini?”
“Bukan,
ya syaikh. Buakan karena itu. Tetapi, belum lama, aku memasuki rumah ini.
Hampir saja aku mengambil makanan yang diatas meja itu. Tetapi, aku teringat
kalau makanan itu bukanlah miliku dan aku tidak boleh memakannya tanpa seizing
pemilknya. Jika aku memakannya, itu berarti aku memasukan makanan yang haram
kedalam perutku. Karena itu, aku segera meninggalkannya karena takut kepada
Allah. Tapii, subahanallah, kini Allah mengembalikannya kepadaku dengan cara
yang halal.”
Syaikh
bertasbih,” Maha suci Allah yang pernah berfirman : ‘Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukkan
jalan keluar baginya, dan memberikanya rezeki dari arah yang tidak
disangka-sangka.” ( Ath-Thalaq:2-3)
Akhirnya, pemuda dan gadis itu dinikahkan oleh syaikh dan
disaksikan ibu Aisyah, serta orang-orang yang di cintainya. Subanallah, pemuda
desa itu rela mendapatkan limpahan rahmat karena rela meninggalkan sesuatu yang
bukan miliknya, ia tidak saja menikah Aisyah, tetapi juga mewarisi harta
kekayaan ayahnya. Cinta itu datang dengan sendirinya, karena buah dari
kejujurannya.
Ketakitannya
kepada Allah mengalahkan segala-galanya. Karena itulah, Allah memberikan yang
ban yak dari pada yang sudah ia tinggalkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar